Minggu, 24 Oktober 2010

Empty

Empty

            Setiap hari laki-laki itu selalu saja menghiburku. Setiap hari laki-laki itu selalu saja meberikan senyuman yang paling manis untukku. Setiap hari dialah yang selalu mengajakku bicara. Setiap hari… setiap hari…. Dan setiap hari dia selalu ada di sampingku.
            Mungkin hanya laki-laki itulah yang tidak menganggap aku aneh. Mungkin laki-laki itulah yang tidak menganggapku bodoh. Mungkin hanya laki-laki itulah yang mau menerimaku. Mungkin dialah orang pertama dan terakhir yang akan mau menjadi sahabatku. Mungkin…mungkin…dan mungkin..
            Ya laki-laki itu bernama Raka. Dia adalah teman satu sekolahku. Kami memang tidak satu kelas, tetapi dialah yang setiap hari menghampiriku di sekolah.
            Raka adalah murid baru di sekolahku. Saat dia baru masuk di sekolah ini, semua anak di sekolah ini langsung memperbincangkan dia. Mungkin karena Raka memang pantas diperbincangkan karena dia manis, baik, ramah dan pintar. Tapi aku tidak pernah mengetahui, mengapa Raka laki-laki yang hampir sempurna itu dia memilih aku untuk menjadi sahabatnya . Walupun Raka bersahabat denganku, tetapi tidak pernah ada teman sekolahku yang menjauhi dia.
***
Teman-teman sekolahku mempunyai alasan mengapa mereka menjauhiku. Aku terkena penyakit HIV AIDS penyakit yang mungkin belum ada obatnya. Penyakit ini baru ku ketahui enam bulan lau ketika pertama kali aku masuk SMA. Sekolahku tidak mengetahui aku tekena penyakit ini. Tetapi entah dariman semua teman-teman baruku di SMA mengetahuinya.
Sejak saat itu hidupku hancur lebur bagai sebuah kota yang di landa gempa berkekuatan 7.0 skala richter selama 10 menit. Sudah tidak ada yang menganggapku teman. Tidak ada yang memperdulikanku. Semua sahabat-sahabatku saat SMP meninggalkanku. Padahal hanya merekalah yang sangat aku harapkan pada saat seperti ini walaupun merekalah yang menjerumuskanku ke dalam pergaulan yang bebas ini.
Ya… Ketika SMP aku memang anak yang sangat nakal dan tidak memperdulikan bahwa hidup itu indah untuk dijalani. Caraku bergaul sangat bebas. Aku sama sekali tidak perduli dengan sesuatu yang sangat penting bagi semua perempuan yang  seharusnya diserahkan saat menikah tetapi sesuatu itu sudah tidak ada padaku saat aku SMP. Mungkin memang aneh aku melakukan hal seperti ini, tapi itulah caraku untuk melupakan semua masalahku.
Aku sudah dewasa sebelum umurku. Aku seorang anak yang kurang kasih sayang dan kurang perhatian dari orang tuaku. Mereka hanya memikirkan uang…uang dan uang tanpa tidak pernah menganggap aku ada. Saat di rumah aku sama sekali tidak pernah bertegur sapa dengan orang tuaku, bahkan bertemupun sangat jarang. Aku dan orang tuaku mempunyai kehidapan masing-masing, hidup sendiri-sendiri tanpa peduli satu sama lain. Terkadang aku berpikir mengapa aku dilahirkan oleh ibuku kalau hanya dianggap sebagai hiasan dirumah, kalau aku hanya di anggap tidak ada.  Sampi sekarang ini orang tuaku tidak tahu aku terkena penyakit ini.
Aku sadar hidup ku hanya tinggal sebentar lagi. Dan saat aku sadar bahwa hidupku tinggal sebentar lagi, saat itulah aku juga sadar bahwa hidup itu indah untuk dijalani ketika Raka hadir dalam hidupku. Penyesalan yang sangat mendalam.
***
            Siang ini Raka mengantarku pulang. Sebelum Raka mengajakku pergi ke suatu tempat. Aku tidak tahu Raka akan membawaku kemana. Motor Raka berhenti di sebuah rumah yang sangat besar. Dari luar, rumah itu terlhat seperti rumah yang bahagia dan sangat damai. bukan rumah yang dari luar saja sudah terlihat hampa dan kosong seperti rumahku.
            “Dimana ini Ka?” tanyaku padanya.
            “Lo masuk aja dulu. Ntar juga lo bakal tahu semuanya.” Jawab Raka
Raka memencet bel dan kemudian keluarlah seorang ibu-ibu sambil berlari-lari. Raka dan ibu-ibu tersebut tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Lalu Raka membawaku masuk ke rumah tersebut. Rumah yang sangat luas dan mewah tetapi ternyata setelah masuk ke dalamnya, rumah itu terlihat sangat hampa dan kosong. Melebihi kehampaan dan kekosongan rumahku.
“Ini rumah siapa ka?” tanyaku.
“Ini rumah gw.” Jawab Raka sambil tersenyum padaku.
“Hah? Ini rumah lo? Kenapa lo  tiba-tiaba ngajak gw ke rumah lo?” tanyaku lagi.
“Gw Cuma mau nunjukin bahwa hidup gw sama kayak lo. Gw juga seorang anak yang kurang kasih sayang dan gak pernah dianggap sama orang tua gw.” Jawab Raka.
Selama beberapa detik aku kaget karena aku sama sekali tidak menyangka bahwa aku dan Raka mempunyai kehidupan yang sama. Sama-sama kurang kasih sayang dan tidak dianggap oleh orang tua. Satu pertanyaan yang ingin aku tnayakan ke Raka. Tetapi sebelum aku bertanya Raka sudah menjawabnya.
“Tapi… gw gak kayak lo yang gampang menyerah. Gw berusaha ngebuktiin walapun gw kurang kasih sayang, gw gak di anggap dan di peduliin sama orang tua gw, gw tetep bisa berusaha jadi orang yang baik dan gw ga ngelampiasin ini semua ke arah yang negaif. Karena gw tau hidup itu Cuma satu kali dan ga akan ada ulangannya lagi kayak kita lagi nonton bioskop berulang-ulang kali. Dan gw sangat-sangat menghargai hidup gw walaupun hidup gw seperti ini. Gw juga jadi kuat karena hidup gw kayak gini.”
Mendengar Raka berbicara seperti itu, air mataku mengalir begitu saja. Aku menagis sejadi-jadinya sampai-sampai aku sulit bernafas. Dan penyesalan datang lagi kepadaku. Pertanyaan-pertanyaan juga mulai berterbangan dipikiranku. Kenapa Raka baru dikirim Tuhan saat aku sudah terekena penyakit ini? Kenapa aku dulu tidak sadar bahwa hidup itu indah. Kenapa aku bias berbuat semua hal yang tidak berguna di dalam hidupku. Kenapa kenapa dan kenapa ini semua bisa terjadi dalam hidupku.
***
            Sesampainya di rumah, aku berbaring di kasurku dan mengingat apa yang Raka katakan. Aku menangis. Mataku bertambah sembab. Saat aku menangis aku terlelap dalam tidur.
            Keesokan paginya badanku panas dan terasa lemas. Kepalaku juga terasa sakit. Penglihatanku mulai kabur-kabur. Hari ini aku memutuskan tidak masuk sekolah, aku beristirahat di rumah dan meminum obat demam. Aku mengirim SMS ke Raka bahwa aku sedang malas sekolah. Aku tidak bilang aku sakit.
            Keesokan paginya lagi, keadaan badanku tidak kunjung mebaik aku lupa bahwa ini bukan demam tapi ini karena penyakitku dan aku juga tidak sekolah. Tepat pukul 07.00 ada yang mengetuk pintu kamarku.
            “Masuk aja.” Ucapku.
            Orang itu membuka pintu dan masuk ke kamarku. Aku terkejut ternyata orang itu adalah Raka. Benar-benar orang yang aku harapkan saat ini.
            “Kenapa lo ga bilang sama gw kalo lo sakit?” Tanya Raka sambil memarahiku.
            “Gw takut lo khwatir.” Jawabku singkat.
            “Sekarang kita ke rumah sakit ya. Jangan tolak tawaran gw. Gw mau lo sembuh dari sakit ini.” Ajak Raka
            “Percuma lo bawa gw ke rumah sakit. Toh gw juga gak bakalan sembuh. Gw juga Cuma ngerepotin dan ngabisin biaya doang.”
            “Ga… gw sama sekali ga repot. Gw Cuma mau lo sembuh!” ucap raka sambil menahan emosinya.
            “Penyakit gw ini ga ada obatnya Raka, lo  tau itu. Jadi gak akan mungkin gw sembuh Raka,lo juga tau itu. Tapi kenapa lo pura-pura ga tau Raka?”
            “Gw bukan pura-pura gak tau. Tapi gw Cuma mau lo sembuh gw mau lo sehat.”
            “Raka lo tau GW GAK AKAN SEMBUH RAKA !” teriakku.
            Ini pertama kalinya aku berteriak kepada Raka. Aku juga kaget kenapa aku bisa berteriak sekencang itu kepada Raka.
            “Apa salahnya nyoba! Ga pernah ada salahnya mencoba sesuatu. Lo juga gak boleh pesimis gitu. Lo harus Optimis. Siapa tau ada keajaiban yang datang dan lo bakalan sembuh.” Ucap Raka membentakku.
            “Terserah apa kata lo.. tapi gw ga akan  di bawa ke rumah sakit! Karena Cuma satu kata PERCUMA!” jawabku sambil membalas bentakan Raka.
            Aku kaget tiba-tiba Raka pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Aku menangis lagi. Kali ini benar-benar penyesalanku yang sangat terdalam karena aku telah mebuat seorang Raka kecewa.
***
            Keadaanku semakin memburuk. Badanku demam sangat tinggi tubuhku lemas kepalaku sangat sakit di tambah aku muntah-muntah dan aku sangat tidak nafsu makan. Saat seperti ini, orang tuaku sama sekali tidak mengetahui apa-apa. Raka juga seperti itu. Sejak kejadian satu minggu yang lalu, Raka sudah tidak pernah kembali ke rumahku dan tidak pernah menghubungiku sama sekali.  Aku sudah pasrah dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
***
Seminggu kemudian.
            Tidak ada yang datang menjengukku kecuali pembantuku yang datang  membawa makanan dan minuman. Raka juga sama sekali tidak menghubungiku.
            Saat ini hari kamis pukul 14.09 aku sudah merasa tidak kuat lagi menahan rasa sakit ini terus menerus dan aku juga sudah tidak kuat lagi untuk menjalani hidup ini. Aku mengambil kertas dan menuliskan sesuatu untu Raka. Aku tidak menyangka aku akan pergi secepat ini, padahal belum lama aku terkena penyakit ini dan tidak ada satu orangpun disampingku saat aku pergi. Setelah selesai menuliskan surat yang singkat untuk Raka, Aku pergi meninggalkan dunia ini.
***

To : Raka
Terima kasih untuk semuanya dan maaf untuk semuanya.
                                                                                                                    -Tiara

2 komentar:

  1. casino games - DrMCD
    The 의왕 출장마사지 casino is licensed and regulated by the UK Gambling Commission, the European Union 강원도 출장안마 and the Isle of Man. It 정읍 출장안마 accepts deposits on desktop, mobile, Online 서산 출장샵 Since: 2014No. of Games: 435 충청남도 출장샵 Rating: 4 · ‎1 vote

    BalasHapus